Oleh :Agus Suharjoko, S.Sn.
A. Pendahuluan
Jawa timur merupakan daerah propinsi yang kaya dengan ragam suku dan budaya yang tersebar di tengah-tengah masyarakatnya. Setiap suku memiliki seni dan budayanya masing-masing yang menunjukkan keanekaragaman dan kekayaan budaya yang luar biasa di samping kekayaan alam yang juga melimpah. Kekayaan sumber manusia, budaya dan alam ini merupakan potensi yang besar untuk bisa diapresiasikan dan dikembangkan kepada generasi penerus terutama kepada peserta didik. Maka dengan demikian kekayaan budaya lokal tersebut dapat tumbuh dan berkembangdan kekayaan budaya tesebut sarat dengan simbol-simbol yang mengandung kearifan lokal.
Hal ini perlu digali dan disebarkan kepada peserta didik sebagai calon generasi penerus agar memahami makna setiap budaya daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Dengan demikian diharapkan dapat menimbulkan rasa nasionalisme, saling pengertian diantara suku dan agama yang pada akhirnya bermuara pada kesadaran akan pentingnya kesatuan dan persatuan bangsa.
Pendidikan seni sebagai bagian dari sistem Pendidikan Nasional tidak dapat lepas dari dinamika pendidikan secara keseluruhan. Manfaat pendidikan seni di sekolah, terutama bagi perkembangan kepribadian siswa, pada saat ini masih menjadi sorotan dari beberapa kalangan yang peduli dengan dunia pendidikan, terutama mengenai manfaat bagi perkembangan kepribadian siswa. Pendidikan seni dipandang sangat perlu untuk membentuk kepribadian siswa dari sisi potensi estetiknya yang diyakini dapat memperhalus budi manusia. Hal ini diyakini oleh Ki Hadjar Dewantara (1994:153) sebagai berikut :
”Bahwa pelajaran seni suara dan seni musik dan seni musik mempunyai arti yang besar...,...dengan ”sastra” kesusastraan atau pengetahuan pada umumnya, dan dengan ”gendhing” diartikan seni suara dan musik Jawa yang bermaksud menghaluskan budi kita. Alat untuk menghaluskan budi ini ialah halusnya pendengaran. Sebab halusnya panca indera kita berakibat halusnya manusia”.
Dengan demikian seni tidak diragukan potensinya yang dapat digunakan untuk mnghaluskan pancaindera yang berarti juga menghaluskan budi manusia.
Dalam dunia pendidikan pada dasarnya siswa membutuhkan beberapa hal penting bagi perkembangan individu. Perkembangan tersebut secara umum meliputi ; kreativitas, emosi, intelektual, persepsi serta kemampuan untuk berinteraksi dengan baik ditengah masyarakat. Kesemuanya itu terkait erat dengan kecerdasan emosional. Terbentuknya integritas kepribadian siswa, antara lain dicirikan oleh kehalusan rasa, sikap apresiatif, kreatif dan produktif salah satunya diyakini sebagai hasil pembelajaran seni. Hal ini harus menjadi bahan pertimbangan yang matang bagi para perumus kebijakan pendidikan.
Berbagai perilaku kontra produktif yang kurang santun dari siswa dewasa ini merupakan fakta yang mengindikasikan betapa peran pembelajaran seni belum menyentuh pada tingkat esensinya yakni kepekaan cita rasa dan kehalusan pekerti serta belum mampu memicu semangat dan daya nalar siswa untuk kreatif. Asumsi yang muncul berkaitan dengan hal tersebut ialah, bahwa ada sesuatu yang kurang dalam pelaksanaan pembelajaran seni selama ini. Oleh karena itu, semua pihak yang terkait, termasuk guru seni perlu lebih cermat mendalami substansi dan konteks pembelajaran seni dengan lebih jelas dan proposional, sehingga tujuan pembelajaran seni dapat tercapai secara optimal dan relevan dengan kebutuhan individu siswa dan masyarakat.
B. Seni dalam Pendidikan
Dalam konsepsi pendidikan, secara teoritik gambaran tentang manusia Indonesia telah tertuang secara jelas dalam rumusan tujuan pendidikan Nasional Indonesia yakni manusia seutuhnya. Pendidikan seni dalam dunia pendidikan memiliki keterkaitan dengan paham progresif yang mementingkan kebebasan, keaktifan dan kreatifitas, sebab karakteristik kegiatan seni tidak lepas dari sifat tersebut. Sehingga melalui pendidikan seni diharapkan dapat melahirkan generasi yang kreatif, memiliki akal dan kehalusan budi dalam mengantisipasi perubahan yang terjadi di masyarakat.
Apabila dicermati, seni memiliki dua aspek yang berguna bagi manusia yakni aspek produk dan aspek prosesnya. Pertama produk atau karya seni bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia karena dengan menghayati karya seni seseorang dapat memahami kemungkinan cara baru dalam berfikir, merasakan dan membayangkan, dengan demikian karya seni memiliki banyak informasi tentang kehidupan. Manfaat seni yang kedua, yakni proses berkarya seni. Di dalam proses kegiatan berkesenian terjadi beberapa aktivitas fisik dan psikologis yang dapat merangsang potensi-potensi pada diri manusia untuk berkembang baik pertumbuhan fisik maupun mentalnya. Oleh sebab itu seni berperan dalam pendidikan guna mencapai tujuan sesuai dengan karakter dan potensi yang dimiliki oleh seni.
Sebagaimana yang diuraikan sebelumnya, telah disepakati bahwa pelajaran kesenian memiliki kedudukan penting sebagai bagian dari sistem Pendidikan Nasional. Namun masih banyak kalangan masyarakat belum memahami kenapa itu penting, masih banyak kalangan pengelolah pendidikan belum memahami bagaimana melaksanakan pendidikan seni yang efektif bagi perkembangan siswa. Selain itu masih banyak guru belum mengetahui bagaimana mengajarkan kepada siswa dan yang sangat memprihatinkan adalah banyak pemegang kebijakan dalam dunia pendidikan belum memngetahui bagaimana pentingnya seni dalam mencapai tujuan pendidikan. Seperti apa yang diungkapkan Ki Hadjar, maupun oleh peneliti dari dunia barat sesuangguhnya sangat penting sebagai suatu strategi dalam tujuan pendidikan, yaitu perkembangan kepribadian siswa menjadi lebih utuh karena kegiatan seni mengimbangi perkembangan logika dengan memperkuat kepekaan rasa, emosi dan imajinasi sebagai bagian mental manusia yang menjadikan manusia menjadi lebih manusiawi.
C. Tujuan Pendidikan Seni
Tujuan pendidikan pendidikan seni terdiri dari apresiai seni, wawasan seni, kritik seni dan kegiatan produktif. Di Indonesia tujuan pendidikan seni khususnya pendidikan seni di SMA adalah :
1. Mengembangkan kepekaan rasa
2. Mengembangkan kreativitas
3. Mengembangkan cita rasa estetis
4. Mengembangkan etika
5. Mengembangkan kesadaran sosial
6. Mengembangkan kesadaran kultural
7. Mengembangkan rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia.
Kepekaan rasa dan cita rasa estetis dapat menjadi satu kelompok wilayah kepekaan emosional atau rasa yang berhubungan dengan estetik. Kemudian kesadaran kultural, cinta budaya Indonesia, kesadaran sosial dapat timbul jika siswa memiliki kepekaan dan kritis dalam melakukan apresiasi terhadap hasil seni budaya. Sehingga tujuan ini merupakan dampak dari kepekaan dan apresiasi. Etika memiliki korelasi dengan kepekaan estetik karena keduanya merupakan suatu kebaikan; etika adalah kebaikan perilaku dan estetika adalah kebaikan penampilan. Kemampuan kreatif sangat berbeda dengan kepekaan rasa, karena kreatif lebih pada wilayah kemampuan berimajinasi sehingga mendapatkan gagasan-gagasan baik untuk pemecahan masalah atau memang sebagai gagasan murni tentang sesuatu yang belum pernah ada. Namun demikian estetika dan kreativitas dalam karya seni berjalan seiring dan saling menunjang.
Dalam konteks pendidikan seni, hasil seni dan budaya dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran untuk dihayati, dianalisa dan selanjutnya sebagai pijakan dalam menciptakan seni dan budaya yang baru dengan tidak meninggalkan ciri dan budaya yang telah ada. Selain sebagai landasan penciptaan, hasil seni budaya bangsa dapat pula dijadikan sebagai media untuk mengasah kepekaan yang berhubungann dengan estetika. Jadi hasil-hasil peradaban bangsa Indonesia yang telah ada sangat penting untuk diperhatikan, diresapi, dihayati baik nilai filosofi kehidupan dan keindahan yang tersimpan di dalamnya.
D. Pendekatan Pembelajaran Seni
Pendekatan pembelajaran merupakan suatu konsep awal bagaimana melakukan pembelajaran agar dapat efektif. Pendekatan merupakan suatu perbuatan yang dilakukan lebih luas dibandingkan dengan metode pembelajaran, pendekatan pembelajaran bersifat lebih umum.
Imajinasi Kreatif
Maksud dari imajinasi kreatif adalah kegiatan pengembangan kreatvitas menekankan kepada pengembangan imajinasi dalam memunculkan gagasan, sebagai dasar pemecahan masalah, aspek ini terdiri dari beberapa jenis.
a. Fluency, yakni kelancaran munculya gagasan bermula dari suatu rangsang persepsi visual atau auditory. Hal yang penting dalam kegiatan ini adalah kebebasan berpikir, mengutamakan jumlah yang banyak dan memiliki relevansi dengan apa yang ditanggapi. Contoh: Dapat dibuat apa saja kaleng bekas itu?
b. Flexibility, yaitu keluwesan dalam berpikir, mampu merubah dan menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi, mampu memberi sudut pandang yang berbeda dan alternatif lain dalam menyelesaikan masalah. Contoh: Dapatkah dua buah benda yang berbeda tersebut digabungkan menjadi sesuatu yang baru?
c. Elaboration, yakni kemampuan mengembangkan, melengkapi, memperkaya, memperjelas hal-hal yang masih sederhana menjadi sesuatu kesatuan yang lengkap dan harmonis. Contoh: Dapatkah batu ini menjadi sesuatu bentuk yang berfungsi?
d. Asosiatif, yakni kemampuan berpikir imajinatif berdasar suatu rangsang visual maupun auditory dan menghubungkan sumber rangsang tersebut dengan sesuatu yang lain. Contoh: Melihat awan terbayang bentuk-bentuk binatang, pohon, manusia, dsb.
e. Analog, yaitu mengandaikan sesuatu dengan sesuatu yang lain namun memiliki persamaan dalam beberapa hal. Contoh: Seorang pemimpin berprilaku seperti matahari.
E. Pengalaman Belajar
1. pengalaman langsung (Direct), belajar membuat karya seni dengan melihat langsung objek alami seperti manusia, binatang pohon, daun, batu, laut, gunung, hutan; meraba langsung suatu kondisi benda, halus, kasar, licin, keras, empuk; mendengar langsung dari sumber bunyi alami seperti suara burung, suara pohon diterpa angin, suara air gemericik, suara benda dipukul manusia atau mengalami langsung suatu peristiwa.
2. pengalaman intuitif (Intuitive), belajar secara intuitif adalah belajar bagaimana mendapatkan cara baru dalam membuat karya seni dengan bahan dan rangsangan secara eksternal yang ada. Misalnya dalam seni rupa menggunakan cat air tidak harus dengan kuas, tetapi dapat pula menggunakan kain, kapas atau alat alternatif lain.
3. pengalaman mengingat (Remembered), membuat karya seni dengan mengingat kejadian, benda, binatang, manusia, mimpi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan apa yang diingat.
4. pengalaman Mengimajinasikan (Imagined), membuat karya dengan mengkhayalkan sesuatu yang tidak dan belum ada sebelumnya. Melalui kegiatan ini siswa dapat melakukannya secara visual, auditori, kinestetik, dan akting. Secara visual misalnya siswa dapat membuat bentuk-bentuk mahluk atau mesin yang belum pernah dikenal sebelumnya.
5. Pengalaman Menggunakan Mediasi Bentuk Benda Buatan Manusia (Mediated Image And Object), membuat karya berdasarkan benda-benda manusia (barang bekas). Dalam merespon atau membuat karya melalui mediasi benda buatan siswa dapat melakukannya secara visual, auditori, kinestetik, dan akting. Misalnya secara visual siswa dapat mempersepsi karakter benda, mengabstraksikan benda, merubah, mengganti, menambah, mengurangi, membalik posisi, memperbesar, atau memperkecil ukuran dan sebagainya.
6. Pengalaman Mengamati Kualitas Dan Hubungan-Hubungannya (Qualities And Relationship), membuat karya dengan terlebih dahulu mengamati qualitas dan hubungan unsur-unsur yang baik yang ada pada obyek alami. Selain belajar dengan praktik membuat karya, belajar mengamati sebenarnya bertujuan mengasah kepekaan oleh karena itu dapat dilakukan dengan mengamati alam maupun karya yang diamati. Dalam melakukan pengamatan siswa melakukannya dengan cara mengindentifikasi kualitas jenis unsur dan hubungan unsur-unsur. Dalam mengindentifikasi siswa mengenal karakterisrik, mencari persamaan, perbedaan, keras, halus, pengulangan, irama, kontras, keseimbangan dan sebagainya.
F. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran seni sebenarnya dapat diciptakan oleh setiap guru asalkan berpedoman pada tujuan pembelajaran dan terkait dengan pendekatan, pengalaman belajar dan proses belajarnya. Selain itu dapat pula menggunakan metode pembelajaran umum yang telah baku dan lumrah digunakan dalam dunia pendidikan.
1. Metode Ceramah, metode ini sangat sering digunakan oleh guru, pada dasarnya metode ini adalah menyampaikan informasi, oleh karena itu dapat digunakan sebagai pendahuluan dalam pembelajaran praktek.
2. Metode Tanya Jawab, metode ini digunakan untuk membuat siswa aktif, biasanya diaplikasikan setelah melaksanakan metode ceramah. Selain mengaktifkan siswa juga bertujuan untuk mengetahui daya tangkap siswa terhadap apa yang telah dijelaskan dalam ceramah, juga guna mengklarifikasi jika siswa merasa kurang jelas.
3. Metode Diskusi, ini suatu metode untuk mengaktifkan siswa, melatihnya untuk mampu mengeluarkan pikiran dan perasaan secara verbal, selain itu juga mengasah ketajaman berpikir siswa terhadap sesuatu yang telah didengar, dilihat dan diperhatikannya. Oleh karenanya diskusi dapat juga digunakan dalam membahas karya seni.
4. Metode Demonstrasi, metode ini biasa digunakan dalam pelajaran praktek. Biasanya dilakukan setelah penyapaian materi secara jelas prosedur kerja, cara kerja sehingga siswa dapat melakukan praktek lebih lancar.
5. Metode Penugasan, metode ini dilakukan setelah ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi lalu guru memberi tugas berkaitan dengan apa yang telah dibahas. Tugas dapat dalam bentuk praktek, atau mengumpulkan artikel, gambar, wawancara untuk mencari data dsb.
6. Metode Meniru, meniru merupakan tindakan yang alamiah, manusia dapat berbicara, berjalan, makan dan sebagainya karena kemampuannya untuk meniru. Dalam dunia seni belajar dengan meniru merupakan dasar penguasaan teknik yang selanjutnya harus dikembangan.
7. Metode Percobaan, dalam bidang seni mencoba sesuatu teknik dan bahan adalah langkah awal guna medapatkan sesuatu yang baru. Metode ini dapat juga disebut metode eksplorasi yaitu menjelajahi sesuatu guna menemukan sesuatu.
8. Metode Observasi, metode ini dilakukan untuk mengamati suatu yang ada di lingkungan. Persepsi dalam hal ini sangat berperan dalam menangkap gejala-gejala yang dapat digunakan sebagai pemicu gagasan dalam membuat karya seni dan mengasah kepekaan persepsi mengenai kualitas, dan hubungan yang ada pada apa yang diamati. Sesuatu yang diobservasi dapat berupa rupa, suara gerak dan karakter serta bagaimana hal-hal tersebut mempengaruhi persepsi atau perasaan.
9. Metode Permainan, metode ini adalah yang paling menyenangkan, banyak yang beranggapan bahwa metode ini seakan tidak belajar tetapi main-main. Namun bagi anak, bermain adalah dunianya sehingga jika belajar sambil bermain anak-anak tanpa menyadari mereka mendapat sesuatu dari permainan tersebut sebab dlam permainan yang dilakukannya memiliki potensi dalam pengembangan imajinasi dan gagasannya tanpa harus takut melakukan kesalahan.
G. Alat, Bahan, dan Media Pembelajaran
Guna melaksanakan pembelajaran seni dibutuhkan alat, bahan, dan media. Namun demikian, agar pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan dalam segala kondisi maka sekolah tidak harus menggunakan alat dan bahan yang lazim digunakan. Misalnya dalam pembelajaran seni rupa tidak harus menggunaan cat air, pastel jika ditempat-tempat terpencil suit untuk mendapatkannya. Sebagai gantinya dapat menggunakan alat bahan yang minimal seperti arang, pensil, kertas bekas, barang bekas, warna alami jika tujuan utamanya untuk mengembangkan kemampuan kreatif siswa. Begitu pula musik tidak harus menggunakan alat-alat musik yang standar seperti gitar, seruling, piano. Sebagai gantinya dapat menggunakan sumber-sumber bunyi yang ada di sekitarnya jika memang alat yang memadai tidak mudah didapatkan. Dalam bidang tari jika memang memerlukan lagu sebagai iringan tari dan sulit mendapatkan alat untuk itu dapat menggunakan iringan nyanyian atau lagul-lagu sederhana yang menghasilkan dari sumber bunyi. Guru dalam hal ini perlu mengembangkan kreativitasnya untuk melaksanakan dan melibatkan siswa belajar mengembangkan potensi kreatif mereka.
H. Evaluasi Pembelajaran
Evauasi dalam hal ini tentu dilakukan terhadap proses dan hasil belajar. Pada proses belajar evaluasi diakukan pada sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya motivasi belajar. Pada hasil belajar, evaluasi dilakukan terhadap ketiga tujuan pembelajaran yaitu kepekaan estetik, kemampuan kreatif, dan kemampuan apresiatif.
Kepekaan estetik meliputi tiga hal, pertama adalah kemampuan dalam melakukan observasi yakni memperhatikan secara detail terhadap apa yang diperhatikan (melalui penglihatan, melalui pendengaran), semakin detail hasil observasinya semakin peka persepsi siswa. Kedua adalah kemampuan mengindentifikasi kualitas, hubungan-hubungan, ciri-ciri perbedaan, persamaan. Ketiga adalah kemampuan dalam menyusun/ melakukan unsur rupa, suara, gerak, dan perilaku hingga menjadi suatu susunan yang menyenangkan.
Kemampuan kreatif yakni kemampuan dalam hal banyaknya menghasilkan gagasan, melengkapi dan mengkombinasikan hal-hal yang berbeda sehingga menjadi harmonis, melakukan inovasi terhadap sesuatu yang telah ada dan menjadi baru, dan mengimajinasikan atau mengkhayalkan hal-hal yang unik dan baru.
Kemampuan apresiatif dievaluasi melaui aspek kognitif dan aspek sikap. Aspek kognitif terutama dalam hal pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesa, dan evaluasi. Namun harus pula disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan siswa. Aspek sikap ditekankan kepada motivasi belajar dan dalam menghargai serta memelihara karya-karya yang dibuatnya sendiri maupun temannya serta memelihara alat-alat atau instrumen yang digunakan untuk belajar sangat penting ditanamkan sejak dini.
KEPUSTAKAAN
Dewantara, Ki Hadjar (1994), Karya Ki Hajar Dewantara Bagian II Kebudayaan, Yogyakarta, Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
Tim Pengembang Pendidikan Seni PPPG Kesenian (2003), Laporan Pengembangan Diklat Guru Pendidikan Seni Sekolah Non Kejuruan, Yogyakarta, PPPG Kesenian.
Diklat Seni dan Budaya Guru Seni SMK Non Kesenian, P4TK Seni Budaya Yogyakarta, 2007
1 komentar:
makasih ya udah ngeshare ini sangat membantu sebagai salah satu bahan laporan saya untuk tugas di kampus :)
Posting Komentar