Minggu, 30 Agustus 2009

KREATIF TAK PERNAH PUDAR

Resensi film :
Orang Miskin "Juga" Ingin Sukses


Sebuah film pendek hasil produksi NASA ( nama ekstra kurikuler sinematografi di SMA Negeri 1 Sumenep), yang saat ini dikomandani oleh Fitria N Magfirah yang sekaligus sebagai pimpinan produksi pada pembuatan film pendek OMJIS (Orang Miskin ”juga” Ingin Sukses) kali ini. Film pendek OMJIS kali ini merupakan produksi yang kesekian kalinya oleh anak-anak sineas SMANSA, yang patut kita banggakan. Proses kreatifitas yang perlu mendapat ruang agar mampu menjadi ajang kompetitif yang positif.

Diawali dengan ilustrasi musik yang ngepop dan sedikit romantis, nampak masjid Jamik Sumenep yang kaya dengan nilai budaya dan sudah menjadi icon dari daerah kabupaten paling timur dari Pulau Jawa ini. Nilai budaya religius dan arsitektur bangunan yang berbeda dengan bangunan masjid lainnya, ada persilangan budaya Cina, Eropah dan Madura pada bangunan masjid tersebut. Nampak seorang bapak mengayuh sepedanya dengan bersemangat dan lalu lalang kendaraan menunjukkan aktivitas masyarakat Sumenep di pagi hari. Gambar fide out dan kemudian nampak rumah yang sangat sederhana, bapak tersebut membawa sepeda onthelnya ke rumah. Ini menunjukkan tingkat sosial dan ekonomi bapak tersebut dibawah rata-rata, atau kita kenal sebagai masyarakat miskin. Bapak memasuki rumahnya dan seoang anak dengan nyungkem ke orang tuanya, menunjukkan nilai budi pekerti luhur yang mencerminkan nilai kesantuanan anak terhadap orang tuanya masih melekat di keluarga-keluarga di wilayah Sumenep ini. Nilai budaya yang memang pantas untuk diangkat ke dalam film sehingga kita merasa bangga bahwa kita tetap menjaga dan melestarikan kearifan lokal ditengah-tengah budaya global.



Bapak menuju kamar dan diikuti oleh si anak dengan menyodorkan brosur perguruan tinggi dengan tanpa dialog, namun dapat kita tangkap bahwa si anak mengusulkan kepada orang tuanya agar dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi yakni perguruan tinggi. Sebuah pilihan buat orang tua antara pilihan untuk pendidikan anak atau kebutuhan ekonomi? Jelas di sini sutradara ingin menawarkan kepada penonton bahwa pendidikan merupakan sebuah pilihan yang wajib diterima oleh orang tua untuk membekali anaknya sehingga kelak dapat berbuat sesuatu bagi bangsa dan negaranya. Sebuah lontaran gagasan kreatif yang mana Sumenep (Madura) dengan dibukanya jembatan Suramadu pasti sangat membutuhan SDM yang produktif, cerdas dan kreatif. Kemasan ide yang dituangkan kedalam bentuk penawaran film mampu untuk ditawarkan kepada khalayak masyarakat luas melalu bahasa gambar yang menarik.

Adegan selanjutnya digambarkan Bapak nampak bimbang dengan diintip oleh anaknya, dan bapak tersebut menyingkap bantal sehingga nampak lembaran uang dibawahnya. Hal ini menunjukkan betapa nilai-nilai lama masih dipertahankan oleh sebagian masyarakat kita yang modrn, yakni menyimpan uang dibawah bantal masih menjadi sebuah pilihan. Potret kehidupan masyarakat yang mampu diangkat oleh cineas-cineas muda SMANSA dengan kecerdasan kreatif.

Terdengar suara adzan dan nampak bapak menuju rumah dan sampai dikamar ia terperanjat uang yang ia kumpulkan di bawah bantal berganti buku tabungan dari salah satu bank. Memang inilah yang mau ditawarkan oleh anak-anak NASA untuk mengikuti festival film pendek ”Suara Konsumen Bank” . Sekali lagi selamat buat teman-teman NASA.

Dibalik cermin itu..
Kutemukan wajahku
Dan.....

Banyak yang perlu diperhatikan saat kita sebelum membuat film, agar film yang kita hasilkan tidak banyak kekacauan artsitik yang terjadi. Seperti halnya film pendek OMJIS dari perencanaan kostum yang kurang tertata, sehingga nampak asal ada kita pakai. Nah hal tersebut perlu dijadikan perhatian karena kostum sangat menunjukkan gambaran visual awal bagi penonton. Disamping juga casting perlu menjadi perhatian khusus selama beberapa kali hasil produksi teman-teman NASA, banyak ketimpangan gambar saat anak muda memegang peran menjadi orang tua. Sangat nampak lugu dan lucu pada visualisasi awal kehadapan penonton. Menuangkan gagasan karakter tokoh kehadapan penonton melalui gambar sangat penting, agar penonton tidak terganggu oleh keteledoran casting yang asal-asalan. Nah yang perlu dilakukan hendaknya dibutuhkan penataan rias dan style serta gesture tokoh (peran) yang akan diperanankan oleh pemain. Nah yang menjadi pertimbangan utama juga kita belum mampu menemukan dan mencetak aktor-aktor yang mumpuni untuk memainkan karakter tokoh, sehingga ini menjadi PR bagi pembina ekskul cinematografi ( ya...tentunya saya sendiri....).

Pilihan ilustrasi musik dan juga setting gambar perlu juga diperhatikan agar film yang kita hasilkan tak nampak asal jadi, namun memang dibutuhkan tim produksi yang benar-benar memikirkan terlebih dahulu perencanaan-perencanaan dan perhitungan-perhitungan artistik dan estetika, sehingga kelak kita membuat film benar-benar dikaji terlebih dahulu.

Cermin itu tatap wajahku..
Dan akupun mengerti
Tentang aku
Dan siapa aku

(oleh : Agus Suharjoko, S.Sn).

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

 

TANAH KAPOR | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates