Resensi Pentas Teater Tappor Kellap X-5
Penonton memadati ruang aula. Lampu panggung lambat laun mulai memberikan suasana temaram, pasukan semut merah bergerak memasuki panggung. Dengan langkah sigap dan memberikan kesan pasukan tentara yang lagi melaksanakan patroli. Gerakan yang rampak dan diiringi vokal yang mengetarkan dinding-dinding aula, mereka menuju hutan yang memang menjadi kawasan hunian masyarakat semut. Di panggung segerombolan semut dengan perasaan riang sambil menari dari balik pohon besar, menandakan bahwa kehidupan mereka tenang dan damai tanpa kekurangan dan ganguan apapun. Penyutradaraan yang dikerjakan apik oleh Pras dengan menghadirkan penataan gerak yang tertata rapi.
Penataan ruangan pergelaran berhubungan dengan tata pentas di aula dan penataan setting yang sederhana mampu menampilkan suasana hutan. Memang ada konsep pemanggungan teater tidak selalu dipentaskan di atas panggung, tetapi bisa juga dipentaskan dipelataran atau arena. Oleh karena itu, penataan ruangannya pun berbeda-beda. Hal ini juga berhubungan dengan penonton. Pada pentas konvensional, biasanya menggunakan panggung yang di depannya diberi tirai depan dan penonton berada di depan panggung. Tempat pentas biasanya dilengkapi dengan korden-korden pembatas hiasan atas. Penataan ruangan bersifat statis. Panggung letakknya di belakang. Penonton berada di depan panggung duduk berjajar. Suasana seperti inilah yang ditampilkan pada pergelaran teater karya X-5 dengan judul Beringin Berrit.
Alur semakin naik tatkala kehadiran pengusaha hutan (Angga) memasuki panggung dengan membawa robot pemotong pohon (Vavan) dengan dikontrol oleh opereter robot (Satria) merencanakan akan membuat proyek pembangunan. Seluruh semut gelisah dan 4 pasukan semut mencoba melawan dan mempertahankan diri dari robot, namun yang terjadi pasukan semut kalah dan terkapar karena kekuatan robot. Alur menemukan klimaksnya saat ada perlawanan dari jenderal semut (Ani) yang ingin tetap mempertahankan wilayah hutan dari rongrongan manusia. Terjadilah perlawanan semut dengan pengusaha tersebut, namun kematian jenderal semut menitipkan pesan pada warga semut bahwa ”jagalah hutan ini dari kerakusan manusia”.
Perlawaan demi perlawanan tak mampu lagi dilakukan oleh semut-semut, dan dengan meminta bantuan dari pohon beringin berrit (Selvi), yang sementara itu juga pengusaha tersebut juga ingin merobohkan pohon beringin tua. Dengan kekuatan mistis yang keluar dari pohon beringin, maka pengusaha tersebut mampu terkalahkan dan akhirnya pasukan semut mampu menghadapinya. Kematian yang diterimanya. Dan hutan kembali tentram tanpa gangguan manusia lagi.
Gemah ripah loh jinawi, masyarakat hutan kembali meneruskan generasi barunya dengan penyelamatan lingkungan yang harus mereka lakukan sendiri. Karena manusia tak mampu lagi berpikir tentang manfaat lingkungan dan pelestarian lingkungan. Hanya sekedar kepentingan dan keuntungan sesaat. Inilah tema dari pertunjukan teater kelas X-5 yang ingin disampaikan ke hadapan penonton, sebagai renungan dimana teater sebagai media komunikasi dan refleksi untuk disampaikan kehadapan penonton.
Ada Nilai moral disini yang ingin disampaikan, sebagaimana fungsi dari teater. Nilai moral adalah nilai yang berhubungan dengan budi pekerti, etika dan susila. Setiap karya seni pasti mengandung nilai moral. Nilai moral yang ada di dalam karya seni, khususnya karya teater, dapat mengubah sikap dan prilaku penontonnya. Kalau nilai moralnya tinggi dapat membentuk perilaku penonton yang baik dan positif, tetapi kalau nilai moralnya rendah dapat membentuk penonton memiliki perilaku yang kurang baik. Karya teater yang telah dikemas oleh teater Tappor kelap memiliki nilai moral yang sangat tinggi yaitu mengajak penonton untuk bisa saling menjaga lingkungan hidup ini. Yang kedua manusia sebagai mahluk yang berkuasa diharapkan mampu menghargai mahluk yang lemah.
Dari proses produksi yang dilakukan oleh tim produksi Tappor kellap, sungguh sangat luar biasa dimana seluruh tim produksi mampu menunjukkan kerjasama yang bagus, saling melayani dam saling membantu, tetapi memang ada beberapa gelintir anggota yang cuek dengan proses produksi, nah kiranya proses produksi teater ini dapat dijdikan wahana atau ruang kreativitas yang berkelanjutan karena ini merupakan proses pembelajaran untuk saling kerjasama dan saling melayani dan mampu menghargai perbedaan untuk satu konsep karya khususnya karya seni teater.
Daun-daun kering
Berguguran...
Dan tunas
Akan tumbuh
Mewarnai aroma alam
Dan kehidupan melanjutkan perjalanan nasibnya
......*
(*teateristico) selamat dan teruslah berkarya, hingga kalian ada diantara lahan kreativitas di smansa ***agusteater
Penonton memadati ruang aula. Lampu panggung lambat laun mulai memberikan suasana temaram, pasukan semut merah bergerak memasuki panggung. Dengan langkah sigap dan memberikan kesan pasukan tentara yang lagi melaksanakan patroli. Gerakan yang rampak dan diiringi vokal yang mengetarkan dinding-dinding aula, mereka menuju hutan yang memang menjadi kawasan hunian masyarakat semut. Di panggung segerombolan semut dengan perasaan riang sambil menari dari balik pohon besar, menandakan bahwa kehidupan mereka tenang dan damai tanpa kekurangan dan ganguan apapun. Penyutradaraan yang dikerjakan apik oleh Pras dengan menghadirkan penataan gerak yang tertata rapi.
Penataan ruangan pergelaran berhubungan dengan tata pentas di aula dan penataan setting yang sederhana mampu menampilkan suasana hutan. Memang ada konsep pemanggungan teater tidak selalu dipentaskan di atas panggung, tetapi bisa juga dipentaskan dipelataran atau arena. Oleh karena itu, penataan ruangannya pun berbeda-beda. Hal ini juga berhubungan dengan penonton. Pada pentas konvensional, biasanya menggunakan panggung yang di depannya diberi tirai depan dan penonton berada di depan panggung. Tempat pentas biasanya dilengkapi dengan korden-korden pembatas hiasan atas. Penataan ruangan bersifat statis. Panggung letakknya di belakang. Penonton berada di depan panggung duduk berjajar. Suasana seperti inilah yang ditampilkan pada pergelaran teater karya X-5 dengan judul Beringin Berrit.
Alur semakin naik tatkala kehadiran pengusaha hutan (Angga) memasuki panggung dengan membawa robot pemotong pohon (Vavan) dengan dikontrol oleh opereter robot (Satria) merencanakan akan membuat proyek pembangunan. Seluruh semut gelisah dan 4 pasukan semut mencoba melawan dan mempertahankan diri dari robot, namun yang terjadi pasukan semut kalah dan terkapar karena kekuatan robot. Alur menemukan klimaksnya saat ada perlawanan dari jenderal semut (Ani) yang ingin tetap mempertahankan wilayah hutan dari rongrongan manusia. Terjadilah perlawanan semut dengan pengusaha tersebut, namun kematian jenderal semut menitipkan pesan pada warga semut bahwa ”jagalah hutan ini dari kerakusan manusia”.
Perlawaan demi perlawanan tak mampu lagi dilakukan oleh semut-semut, dan dengan meminta bantuan dari pohon beringin berrit (Selvi), yang sementara itu juga pengusaha tersebut juga ingin merobohkan pohon beringin tua. Dengan kekuatan mistis yang keluar dari pohon beringin, maka pengusaha tersebut mampu terkalahkan dan akhirnya pasukan semut mampu menghadapinya. Kematian yang diterimanya. Dan hutan kembali tentram tanpa gangguan manusia lagi.
Gemah ripah loh jinawi, masyarakat hutan kembali meneruskan generasi barunya dengan penyelamatan lingkungan yang harus mereka lakukan sendiri. Karena manusia tak mampu lagi berpikir tentang manfaat lingkungan dan pelestarian lingkungan. Hanya sekedar kepentingan dan keuntungan sesaat. Inilah tema dari pertunjukan teater kelas X-5 yang ingin disampaikan ke hadapan penonton, sebagai renungan dimana teater sebagai media komunikasi dan refleksi untuk disampaikan kehadapan penonton.
Ada Nilai moral disini yang ingin disampaikan, sebagaimana fungsi dari teater. Nilai moral adalah nilai yang berhubungan dengan budi pekerti, etika dan susila. Setiap karya seni pasti mengandung nilai moral. Nilai moral yang ada di dalam karya seni, khususnya karya teater, dapat mengubah sikap dan prilaku penontonnya. Kalau nilai moralnya tinggi dapat membentuk perilaku penonton yang baik dan positif, tetapi kalau nilai moralnya rendah dapat membentuk penonton memiliki perilaku yang kurang baik. Karya teater yang telah dikemas oleh teater Tappor kelap memiliki nilai moral yang sangat tinggi yaitu mengajak penonton untuk bisa saling menjaga lingkungan hidup ini. Yang kedua manusia sebagai mahluk yang berkuasa diharapkan mampu menghargai mahluk yang lemah.
Dari proses produksi yang dilakukan oleh tim produksi Tappor kellap, sungguh sangat luar biasa dimana seluruh tim produksi mampu menunjukkan kerjasama yang bagus, saling melayani dam saling membantu, tetapi memang ada beberapa gelintir anggota yang cuek dengan proses produksi, nah kiranya proses produksi teater ini dapat dijdikan wahana atau ruang kreativitas yang berkelanjutan karena ini merupakan proses pembelajaran untuk saling kerjasama dan saling melayani dan mampu menghargai perbedaan untuk satu konsep karya khususnya karya seni teater.
Daun-daun kering
Berguguran...
Dan tunas
Akan tumbuh
Mewarnai aroma alam
Dan kehidupan melanjutkan perjalanan nasibnya
......*
(*teateristico) selamat dan teruslah berkarya, hingga kalian ada diantara lahan kreativitas di smansa ***agusteater
0 komentar:
Posting Komentar