Minggu, 14 Juni 2009

OTOKRITIK KKM

(catatan atas film “ TtS = Tuntas")


Perubahan kurikulum sistem pendidikan yang dilakukan penentu kebijakan mengisyaratkan adanya sebuah upaya untuk memposisikan pendidikan di antara perkembangan sains dan teknologi. Sepatutnya pula apabila perubahan kurikulum secara periodik dilakukan. Pun ketika diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Format Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mewajibkan setiap sekolah untuk menyusun sendiri kurikulum sesuai dengan tuntutan kebutuhan sekolah dan masyarakat setempat. Hal ini sangat memungkinkan setiap satuan pendidikan memiliki KTSP yang berbeda, namun kesemuanya bersumber kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Perbedaan antar satuan pendidikan diantaranya dapat dilihat dari SKM (Standar Ketuntasan Minimal ) atau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), yang diproyeksikan nantinya setiap mata pelajaran memiliki KKM= 75. Di beberapa sekolah KKM setiap mata pelajaran bervariasi antara 60-75.

Permasalahan kriteria ketuntasan minimal inilah yang diangkat oleh 1St Air Production (Kelas XI IPA 1). Sebuah otokritik yang digarap dengan enjoy dan sesakli diselai dengan adegn komedial. Cerita bermula ketika guru fisika memberi tahukan pada pertemuan berikutnya akan mengadakan ulangan harian. Lazimnya sebuah kelas, ruangan agk gaduh mendengar informasi tersebut. Dari sinilah otokritik bermula, ketika beberapa siswa melipat hasduk dijadikan ikat kepala dengan tulisan ; SEMANGAT 75..

Sebuah kehidupan dunia pelajar terkuak disini. Bagaimana usaha keras siswa untuk mendapatkan nilai 75 agar mereka tuntas dan tidak mengikuti ujian remedial? (A) Mereka yang bersungguh belajar untuk bisa mendapatkan nilai bagus; (B) Mereka belajar dengan pikiran tegang (bahkan stress), sehingga apa yang dibaca tak bisa masuk dalam memori otaknya; (C) Mereka yang salah jalan (baca belajar kreatif) membuat catatan kecil yang akan disipkan sebagai contekan saat ulangan, dan secara komedial mereka membakar rumus-rumus fisika yang dipelajari dan kemudian abu sisa pemabakaran kertas dilarutkan dalam segelas air. Lalu larutan tersebut diminumnya. Inilah awal tawa, saat semua teman-temannya ujian Din yang minum larutan abu sakit perut, sehingga tak bisa megikuti ulangan, tetapi keluar masuk wc, buang hajat.

Tak ada kejutan yang menakjubkan dalam film ini. Humor yang mereka garap dalam bentuk gambar bergerak tersebut sudah lazim dalam kisah lisan di antara remaja SMA. Fim ini patut diapresiasi, karena dibalik sindiran yang kocak terdapat pesan-pesan moral utnuk tidak melakukan perbuatan curang pada saat ulangan. Belajar ulet dan kerja keras adalah etos mereka, sehingga setiap adegan curang diperankan akan ada banner yang mengingatkan untuk tidak menirukannya. Selamat buat 1St Air Production yang telah mengocok dan mengucak peruk untuk berguncang-guncang meledakkan tawa. Haaa...haaaa....!

Hidayat Raharja, Guru, Esais, Pengelola Blog SAVANT; Anak-anak yang tak bi(A)sa menulis tapi berani menulis.

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

 

TANAH KAPOR | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates