MENYONGSONG RESITAL SMANSA IV:
Oleh: Hidayat Raharja*
Acara pertunjukan siswa-siswi yang cukup bergengsi di SMAN 1 adalah acara resital yang mempertontonkan film buatan anak-anak sekolahan, teater musik, dan pameran foto yang pada tahun ini mengambil tema lingkungan hidup. Tema yang cukup menarik, ketika persoalan lingkungan hidup bukan lagi menjadi persoalan lokal, tetapi sudah menjadi konsumsi persoalan masyarakat global.
Aku membayangkan bahwa pesta resital kali ini akan lebih menarik, karena ada pengalaman yang telah membekalinya untuk kegiatan tahun ini. Ada enam film, teater dan musikalisasi puisi yang akan disodorkan di hadapan penonton karya dari siswa-siswi kelas X. Sementara siswa kelas XI menyajikan foto bertema lingkungan yang setiap kelas diwajibkan membuat delapan karya untuk dipamerkan.
Kepedulian terhadap lingkungan merupakan topik yang takkan habis dibahas dan dikupas, karena persoalan lingkungan bersifat dinamis dan selalu menemukan titik-titik kritis untuk dikritisi dan dibenahi. Sebuah cerminan akan kehidupan yang kita jalani bersma, dan tentu persoalan-persoalan tersebut tidak selesai hanya dengan difilmkan atau dibuat sebsagai suatu pertunjukan di hadapan publik. Persoalan-persoalan lingkungan sebagai persoalan bersama membutuhkan kerja nyata untuk bisa diselesaikan bersama.
Cerminan yang sederhana jika film lingkungan hidup digarap secara apik dan menarik, tentunya kita sebagai warga smansa mampu menyikapi secara nyata terhadap lingkungan kita secara riel. Bagaiaman dengan taman-taman sekolah yang merana tak terawat, lingkungan sekolah yang dipenuhi smapah, dan rerumputan setinggi lutut. Ahhhh, sebuah relaitas ekolahan yang filmis dan membutuhkan kepedulian kita bersama.
Aku tak habis pikir ketika kita mampu bercakap lingkungan hidup dengan berapi-api, membuat film dengan semangat tinggi namun tak mampu menjaga lingkungan sekitar dengan sebaik-baiknya. Bunga-bunga di depan kelas kerap hilang, atau dengan tanpa perasaan mencerabukt sampai akar digeletakkan di dekat pot yang dibantingnya. Perasaanku menangis. Sementara kiat berapi-api memfilmkan lingkungan secara kritis, namun kita tak mampu berbuat apa-apa terhadap lingkungan sekitar kita.
Malu rasanya kita menjadi manusia, tak mampu berbuat bijak sana terhadap lingkungannya. Sementara tumbuhan yang baru tumbuh daun , dan akar dengan hijau daunnya telah memberikan oksigen bagi kehidupan kita.
Nikmat Tuhan manakah yang akan engkau dustakan?
Aku berbahagia ketika dihubungi Mas Agus sebagai pembina resital untuk kembali terlibat pada kegiatan tahun ini. Juga merasa senang tak terkira ketika diajak pak Miko dan pak fajar untuk ikut menyeleksi karya foto yang dikirimkan siswa utnuk dipamerkan. Bahagia karena sekolah kita menjadi hidup dan meriah. Bahagia karena sekolah kita masih bisa memberikan kontribusinya bagi kehiduapn dan dunia pendidikan. Bahagia karena sekolah kiat memasng beda dengan sekolah lainnya. Bahagia karena bisa menunjukkan kepada masyarakat sekolah di sma 1 tidak akan sia-sia.
Jika karya ini adalah rasa syukur kita telah diberikan kreativitas oleh Tuhan yang maha Esa, maka syukur ini perlu kita tingkatkan untuk menjaga keberlsihan dan keasrian lingkungans ekolah kita.
Selamat beresital. Viva smansa the pioner of young movie maker!
Penulis adalah Guru SMA, esais dan penikmat budaya.
Senin, 01 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar