Senin, 15 Juni 2009

KETIKA PARA BINATANG BERMUNAJAT

Karya : Teaterikalisasi Puisi Kelas X-1

Sehari warga kelas unggulan SMA Negeri 1 Sumenep, yang tergabung pada tim produksi SC bekerja mempersiapkan pelaksanaan Resital Kelas X-1 sekaligus pembukaan Resital IV – Pekan Seni Budaya Smansa 2009. Kerja yang tak mengenal lelah dan memang sebagian terbagi tugas dengan pembenahan Mading di kelasnya.

****

Bintang-bintang...

Bulan sepotong...

Pusaran angin diatas langit smansa

Menyinar di celah-celah reranting patah


.....*.

(*teateristico)

Langkah kaki-kaki dan letupan asap knalpot berarak menuju lapangan basket. Sementara di aula sebagian warga kelas X-1 menyambut kedatangan tamu dan para penonton. Di depan pintu disediakan daftar tamu, dan langkah-langkah kakipun satu persatu memenuhi ruang aula yang kelihatan menyempit. Suasana Cafe terbangun dan para undangan mulai menikmati hidangan yang tentu memang disajikan oleh panitia resital X-1.

Sambutan demi sambutan berlalu dan Sepeda Cihuyy...mempertunjukkan hasil karya film indienya dan tepuk riuh penonton menandakan karya film Sepeda Cihuyy dapat diapresiasi penonton dengan baik. Sekali lagi selamat dan sukses untuk sepeda cihuyy..nya.

Lampu panggung menyala...

Pementasan teaterikalisasi puisi Munajat Kaum Binatang dengan mengangkat karya KH. Mustofa Bisri memberikan aura mistis di aula smansa. Dengan sutradara R. Ahmad Fauzan Adhima dan panata Musik Nur Abdillah Sidiq, kemunculan adegan pertama mampu membuat penonton terkesiap dengan olahan karyanya. Setting yang ditata apik oleh penata artistik (Mahardillah Noviar) mampu memberi kesan setting tempat di hutan dengan menempatkan pohon ditengah-tengah dengan penataan kostum yang menarik. Narator (Nora irma Hayati) ditempatkan pada posisi yang tinggi melambangkan kekuatan suara dari langit. Kesan tersebut muncul dengan pemanfaatan level yang tinggi, sementara para binatang yang hidup dihutan ditempatkan pada level yang sangat rendah. Hal tersebut sutradara ingin mengungkapkan lewat karyanya bahwa bianatang tetaplah sebagai kaum ciptaan Tuhan yang derajatnya masih jauh lebih mulia manusia. Sutradara pada awal adegan menampilkan pemburu dan sekaligus sebagai kontraktor pembangunan proyek, dengan menembaki binatang liar dan menebangi seluruh isi hutan untuk pengembangan proyek yang memang menjadi bagin dari pengembangan proyek di negeri ini. Pesan moral yang memang perlu diangkat selama kita masih berkenan untuk menyelamatkan lingkungan kita.

Alur merangkak tahap demi tahap, pada puncaknya terjadi kekecauan seluruh isi hutan dan seluruh isi hutan tak mampu lagi merasakan ulah dari manusia, dan krisis moral para hewan tersebut hanya mapu mengeluh kepada sang penguasa alam Tuhan Yang Maha Pencipta. Tinggal Tuhanlah yang mampu menerima keluhan dan Munajat para kaum binatang. Para Ular (Rofiyah yuniarti), Kera (Irwan H.), Harimau (Eki Pratama W.) dan Burung (Riskillah Fauziyanda) bersama-sama memohon :

Ya Allah, ya Tuhan kami;

Ampunilah kami.

Malam ini kami yang masih tersisa dari makhluk binatang

berkumpul menyampaikan

Keluhan kami kepadaMu- kepada siapa lagi kami mengeluh

kalau bukan kepadaMu”


Karena siapa lagi yang mampu menerima semua penderitaan ini, kalau tidak kita kembalikan kepada Sang Khalik. Semua berhumpapa...berhumpapa...dan ruang aula bergetar..seluruh isi aula mengamininya...tak ada yang terucap selain... helaan nafas seluruh isi ruang aula melihat garapan yang ditampilkan oleh para peserta didik kelas X-1 pada malam senin di aula SMA Negeri 1 Sumenep.

Seluruh karakter pemain mereka perankan dengan kecerdasan akting masing-masing dan mampu memikat seluruh perhatian penonton malam itu. Penataan artistik yang didukung oleh seluruh crew pementasan malam itu menambah kesempurnaan garapan Munajat Kaum Binatang oleh Teater SC. Kerjasama dan saling melayani mampu mereka aplikasikan pada kerja tim produksi pada saat persiapan pagi hari sampai sore dan mereka tunjukkan ke dalam karya teaterikalisasi puisi minggu malam di aula.

Pertunjukan teaterikalisasi puisi oleh teater SC malam senin lalu terasa sangat menarik walau ada masalah-masalah kecil yang tentunya karena persoalan tehnis, yaitu lighting panggung yang menang sangat minim, sehingga seluruh karakter visual kurang mampu berbicara kehadapan penonton. Setting yang menggambarkan taman rumah kita kurang mampu menciptakan suasana hutan, mungkin inilah kelemahan dari penataan setting yang tidak utuh dalam penggambaran suasana hutan). Demikian juga dalam tata musik telah membuat pertunjukan menjadi terasa hangat.

Para pemain secara umum menunjukkan kemampuan berperan yang baik, namun secara tehnis vokal ada beberapa pemain yang lemah dan mungkin bisa dikata kehabisan vokal, terutama Nora irma Hayati sebagai narator yang seharusnya vokalnya mengggelegar tak mampu menembus ke ulu hati penonton dan Eki pratama sebagai harimau kurang memberikan emosional karakter yang keras dan auman yang ganas. Namun keseluruhan mampu diselamatkan oleh Rofiyah yuniarti dengan dialog-dialog yang emosional yang sesuai dengan takaran karakternya, irwan yang energik dan cuitan burung oleh Riskillah Fauziyanda yang mampu membelah keheningan di ruang aula.

Namun secara keseluruhan pertunjukan Teaterikalisasi Puisi karya teater SC memukau penonton, dan ending dikemas dengan sangat apik dengan kemunculan tokoh masa depan (Bella Rosailla HP) dari arah penonton, supence bagi penonton dan dapat diartikan sebagai perwakilan dari seluruh penonton menjadi tokoh-tokoh masa depan selanjutnya. Bergerak pelan dengan berkoustum jubah putih (melambangkan kemurnian) diiringi dengan hentakan musik yang berimarama ritmik dengan pukulan rampak musik perkusi menambah keagungan tokoh masa depan. Renungan yang ditawarkan kepada kita, apakah kita mampu menjadi tokoh-tokoh masa depan yang mampu menghargai dan seluruh mahluk Tuhan yang ada di muka bumi ini? Pertunjukan secara keseluruhan sangat menarik dan ini dapat kita dengar dari beberapa komentar dari penonton bahwa pertunjukan kali ini menarik dan luar biasa...”kok bisa ya pak?”, Salah satu komentar dari penonton. (Berhentikah atau tetap berkarya?) **Agusteater

4 komentar:

FOKUS PERDANA MURAH mengatakan...

Sehari warga kelas unggulan SMA Negeri 1 Sumenep, yang tergabung pada tim produksi SC bekerja mempersiapkan pelaksanaan Resital Kelas X-1 sekaligus pembukaan Resital IV – Pekan Seni Budaya Smansa 2009. Kerja yang tak mengenal lelah dan memang sebagian terbagi tugas dengan pembenahan Mading di kelasnya.

lakar ngello pak,,, tembhang tak esapa bhan e berrik benyak ban empeyan... bangk,,, alakoa,,, kak..kakak....

bhuh la,,, lempona sampek sateya.....

FOKUS PERDANA MURAH mengatakan...

astahfirullah....
Namun secara keseluruhan pertunjukan Teaterikalisasi Puisi karya teater SC memukau penonton,,,
memukau sih memukau.... strezzz. masih berjaya di dada.....

Unknown mengatakan...

Sebelum resital X-1 dimulai, kami jenuh, pengen cepat selesai. Tapi ketika resital sudah selesai, kami malah tambah jenuh!!!! Tak nemmo lalakon... Nganggur... Rindu akan kebersamaan ketika menggarap resital...Berhentikah atau tetap berkarya???Kami tak mau dua-duanya!!!! Kami ingin TERUS BERKARYA!!!! :)

Unknown mengatakan...

http://tahtadaritimoer.blogspot.com/2009/06/terus-berkarya.html

klik link di atas pak!!!

Posting Komentar

Pengikut

 

TANAH KAPOR | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates