Sabtu, 13 Juni 2009

GLADI BERSIH KELAS X-1 : MUNAJAT KAUM SUPERIOR


...melingkar....konsentrasi.....dimulai dengan suasana kebersamaan, mengumpulkan energi untuk kekuatan, tradisi teater pada umumnya sebelum pentas. Hal ini dilakukan juga oleh kelas X-1 pada saat gladi bersih kali ini.

Gladi dimulai.....

Burung, ular, harimau dan kera berkeliaran ditengah-tengah hutan aula smansa. Pohon sebagai tempat bertengger para binatang yang ada di hutan, dan juga sebagai penentu kehidupan ini sangat menarik penampilannya (desainnya).

Pemburu datang, kekacauan hutanpun terjadi, penebangan dilakukan dan pengrusakan alam pun dilakukan, ”Semua yang ada di hutan ini, sudah kubabat habis, kini saatnya pembangunan kita mulai...”, kalimat yang dilontarkan oleh tangan-tangan kejam demi pembangunan.

Mahluk di hutan gelisah, marah dan menghujat...

Semua kejadian terbina apik dan menarik yang ditampilkan oleh kelas X-1. komposisi musik mengalun memberikan kehangatan suasana dirimba belantara yang seluruh mahluknya mengalami kejadian karena ulah manusia yang bertubi-tubi menimpanya.

”seluruh mahluk dan beberapa etnis yang masih bertahan....”, membuka nuansa alur yang mulai menanjak.

Seluruh masyarakat hutan berhumpapa...mengerang dan bermunajat....

”Ya Allah....ya Tuhan kami...

Ampunilah kami..

Malam ini kami yang masih tersisa

Dari mahluk binatang

Berkumpul menyampaikan keluhan kami....”

Suasana nampak hening

Mencekam....

Detak-detak musik memberikan suasana yang mistis dan tragis...

Sebuah tawaran untuk renungan bagi mahluk hidup di dunia ini

Burung ber suit...menghentakkan kehisterisan...seperti malaikat pencabut nyawa.

Karakter pemeran ular begitu menakjubkan, dengan totalitas emosi vokal membangun kemarahan yang menyesakkan dada, sungguh patut diperhitungkan tehnik olah vokal dan penghayatannya. Suasana semakin terbangun kedalam raungan munajat...

Pertengkaran dan salah paham antara si raja hutan dan kera...memberikan simbol kekuatan dan kelemahan antar mahluk Tuhan ini, yang sering kita lakukan, sebuah cermin kehidupan yang ditawarkan pada karya kali ini.

”Agar mereka tidak menjadi laknat, dan menjadi rahmat bagi alam semesta...”, sebuah doa bagi kita bersama.

Pemburu terkalahkan dan terkapar oleh kejahatannya sendiri, kekuatan alam mengatur semua hidup ini. Simbol yang ingin ditawarkan melalui garapan karya teaterikalisasi puisi kali ini yang digarap hampir sempurna oleh tangan dingin sutradara dan segenap tim produksi SC. (Selamat berResital dan superior selalu...) ****Agusteater

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Oke Pak!! Doakan kami semoga sukses s'lalu . . . :-)

Posting Komentar

Pengikut

 

TANAH KAPOR | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates