Layar lebar di hadapan penonton memaparkan teks panjang, perhatian penonton dituntun pada jalan cerita yang akan ditayangkan. Saat perhatian terfokus pada bacaan yang begerak tersebut dikejutkan oleh antitesa sebuah teks ” Tapi Bukan itu cerita yang kami maksud”.Sergapan teks yang membuyarkan perhatian penonton. Jengkel, namun kemudian kudu tertawa akibat ulah kreatif anak-anak muda di kelas X-4. Kreatifitas yang disodorkan dalam film pendek sekitar 20 menit “3 O T”. Disini kreator mampu mempermainkan emosi penonton untuk terus-menerus mengocok perut, alias tertawa.
Pembuka tayangan dalam film pendek “3 O T” telah membuka pikiran penonton memasuki sebuah ruang yang secara terbuka menawarkan sebuah komedi yang mengolok-olok diri-sensdiri. Sebuah komedi khas anak muda mengolok-olok impian dan kenyataan dengan peran tiga cewek ; Tia, Tata dan Tina, lawan mainnya dan tiga cowok Gara-gara, SIM dan Goblok. Sebuah penamaan yang sengaja memancing tawa dan menjadi sumber olokan dalam jalinan kisah yang dirajut. Para pemain memainkan peran secara pas untuk menertawakan diri sendiri.
Tiga gadis manja dan kolokan kemudian bermetamorfosis menjadi tiga cewek canatik setelah memulas wajahnya dengan mik-up yang diperoleh mereka daril mengambil milik orang lain. Kemudian ketiganya melakukan perjalanan ke luar kota. Dio sebuah desa yang sepi mobil yang mereka kendarai, mogok dan dimulailah kisah perkenalannya dengan tiga cowok desa yang lugu bernama gara-gara, Goblok dan SIM (barangkali dari nama KoSIM). Kisahpun berlanjut saat goblok mencoba mobil tiga cewek tersebut yang telah diperbaiki, namun sial di tengah jalan distop polisi, karena tak membawa surat-surat kendaraan dan Surat Ijin Mengemudi. Saat polisi tersebut memberhentikan mobil kamera sangat cerdik memotret kaki pak polisi yang memakai sandal. Olok-olok yang cerdas dan dengan sendirinya penonton dengan ikhlas membayarkan tawa.
Begitu lugu seorang Goblok saat ditanayakan SIM ia minta ijin untuk membawa Sim yang ternannya sendiri. Situasi yang membuat semua akan tertawa. Olok-olok terhadap diri sendiri. Dari sinilah kisah kocak ini merambat dan menstimulasi otot perut untuk bergoyang dan raut wajah menyeringai tawa.
Ada tiga hal yang patut ditelaah dalam tayangan “3 O T” sebagai sebuah cermin sosial;
Pertama, mik-up sebagai bahan yang mampu menyulap penampilan bahkan kepribadian seperti dalam tayangan. Hanya dalam satu jam (seperti penjelas teks di layar) cewek-cewek culun dan manja tersebut berubah menjadi cewek-cewek cantik. Perubahan sebuah imej yang bisa disulap oleh mikup. Tak ubahnya sebuah bualan iklan yang memtok jika pakai mikup produk , parfum itu maka anda akan cantik, didekati pria tampan atau wanita cakep. Sebuah olok-olok terhadap penumbuhan imej yang salah yang kerap ditawarkan sebuah iklan produk tertentu. Sementara kecantikan alamiah yang dikenal inner beuaty takkan pernah tertututpi oleh mikup, dan semacamnya.
Kedua, Polisi sebagai pengayom masyarakat. Betapa ariefnya anak-anak muda pembikin film ini yang mengolok-olok polisi dan mempermainkannya, namun polisi tidak melakukan tindakan apa-apa. Tak ada penilangan walau pengendara tidak memiliki Surat Ijin Mengemudi dan Surat Perlengakapan kendaraan. Adakah sebuah sindirian terhadap pelayanan polisi yang kerap pilih kasih? Tanyakan aja pada pembuat skenarionya, hahahahaha...!
Ketiga, Hadirnya komedi yang mampu mengocok perut merupakan saluran pembuangan untuk mengenyahkan kesumpekan dan beratnya beban belajar yang mereka tanggung. Mereka mampu membuat komedi situasi dalam kelas tanpa harus emngolok-olok guru. Pikiran yang cerdas. Karena untuk membuat tertawa tidak harus melecehkan orang lain.
***
Secara visual film “ 3 O T ” memberikan sesuatu yang lain dari film yang pernah diproduksi oleh anak-anak sinema smansa. Suatu pengharapan kelak akan hadir kreator sinema yang berbobot dan mampu mewarnai perfilman di tanah air. Sukses buat komunitas X-4. Kalian cerdas. Good Luck! (hidayat Raharja)
Rabu, 27 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar