Jumat, 02 Oktober 2009

Refleksi Kates :LAHIRKU DIATAS GENGGAMMU




Sembilan tahun yang lalu
Aku mengenalmu
Menatapmu
Melukaimu
Dan menggoreskan penaku diatas tubuhmu

Engkau ketakutan
Yang kau tatap
Rambutku yang terurai, gimbal dan panjang
Dekil pakaian yang kukenakan
Senyumkupun mahal
Untuk kau kenang

Jeratan tali temali menggantung diatas panggung
Dan kau teriakkan dialog-dialog topeng-topeng hingga menjadi topeng kayu
Dengan menenteng lampu badai mencari siapa Aku
Dan kau bawa pulang kenangan dari tanah Osing.
(lalu engkaupun lenyap ditelan waktu)

Suara gamelan dan kata-kata tersusun
Engkau berarak dengan payung kemegahan
Nyonya Hakim kau perankan
Ditanah pecel Madiun
Engkaupun menoreh kenangan yang tak terlupakan
Diantara adik-adikmu SD dan SMP waktu itu
(lalu engkupun tinggalkan kenangan diantara bedegug dan belethang)

Aku mencakar langit
Tanpa kelembutan yang kau mau
Kemarahan yang engkau dapatkan
Dan dukapun selimuti engkau
Namun Rintrikpun selalu mengubur bayi-bayi yang tak berdosa
Dan kenangan itupun kau torehkan ditanah lancor
(engkaupun terkubur diantara bhanyak dan pappa’an takaek)

Wajah-wajah tersembul diantara setting padusan dan
Kain merah dibelakang untuk masuk dan keluarnya pemeran
Dan terlihat seorang ibu yang senantiasa tersenyum pada anaknya
Kemudian si Tuti Keracunan Wajah
Mencari aku diantara ke-aku-an yang lain
Dan kau bawa pulang penghargaan dari kota seribu reog
Dan kota buaya untuk mengobati peperangan sebelum kau bertaruh.
(seribu guyonan, satire dan keangkuhan yang pongah berpadu menjadi tawa dan tangis milik kita bersama)

Wayang-wayang berlompatan disudut-sudut panggung
Tokoh-tokoh kontemporer dengan gaya punk
Mencari kawah candradimuka di Batu-Malang
Dan orang gila mengagetkan Tetuko
Hingga yang lain terpingkal-pingkal melihat peristiwa Cuilan seng
Dan engkaupun pulang dengan kenangan seribu bintang diujung sapu lidimu
Dihalaman SMA teater Lancor.
(tangis, tawa dan candamu mengiringi kedewasaan disanggar yang pengap)

Seribu tawa
Sejuta airmata berderai
Saat engkau menyatu di atas panggung dengan parodi yang kau rangkai
Ada kepiluan akan berpisah
Ada kehangatan mengurai ide-ide
Ada bunga-bunga yang kau sebar di ruang gempita rapisiaga
Sembilan kali kerinduan menggema
Dan kates ada diantara ekskul di smansa
Lalu...
(engkau meninggalkanku diantara seribu kenangan menjelma di dinding-dinding sanggar kates yang penuh debu suka dan duka)

Bahasa terangkai oleh kata-kata
Tubuh-tubuh menjelmakan peristiwa
Dari pocong hingga gerak-gerak patah ditanah karapan giling
Lalu Kau jadikan kates rujak yang hangat dan pedas
(kata-kata sudah menjadi tubuh, dan tubuh-tubuh sudah kau jadikan warna di atas panggung yang hitam dan bercerita)

Goncangan dan badai Tsunami
Di serambi mekkah telah melululantakkan rasa kemanusiamu
Dan engkaupun merajut sisa-sisa tanda kekuasaanMu
Di aula smansa dengan refleksi Tsunami
(engkaupun hadir diantara kepiluan saudaramu, dan akupun ikut merasakannya)

Engkau menjadi sampah
Seribu lalat terbang dan mual muntahkan seluruh isi perut
Tempat pembuangan sampah menjadi panggung pencarianmu
Kampung kardus kau bawa untuk mendapatkan yang tersisa bagi keangkuhan warisan kates dari tahun ke tahun
Kau dapatkan itu di Singosari-Malang dan engkaupun terbang dari menara Madura chanel hingga ke UGD saat kepalamu bersimbah darah.
Lalu...
(seluruh perlengkapan panggungmu aku lumatkan dengan api kemarahanku dan engkaupun tak sangup lagi untuk merintih, pedih dan pilu yang hanya kurasakan, kates mungkin tinggal hanya reranting tua yang tergeletak di tanah)
Saat engkau berpaling kebelakang
Yang terlihat hamparan tanah kapor luas dengan tradisi yang hampir lesu
Kita gali bersama
Kita rujak tradisi dengan bumbu siap saji
Dan bukan hanya mimpi dari tidur pulas kita di pandhaba
Namun kita harus merokatnya,
Di pendopo graha budaya malang
Dengan seribu karya adhikara yang lain
Dan kau bawa kehangatan di kentucy fred chiken disaksikan bulan tengah malam di atas kepala kita.
Dan tak lagi mampu meraih cakrawala dan angan menuju kota gudeg.
(aku bukan hanya kesombongan dan keangkuhan, namun prestasi trus mengalir saat engkau mau, darah menetes dikeringatmu waktu menyiapkan karya dan aku tak mau tahu apapun dengan alasanmu, the show must go on itulah yang engkau tahu)

Lalu mothak-mothak pun menjadi inspirasi artistikku
Dari Alalabang yang mengelilingi dunia estetika
Sampai legenda Kyae Barumbung yang terkapar direranting dan batang tebu yang ku mau.
Lalu...
Mampuku menundukkan kepala seberat beban masa lalu yang gemilang
Dan terbang pada tiang-tiang kokoh jembatan Suramadu.
Kenangan pahit ketika engkau ingat beban yang harus kau pikul oleh masa silammu
Dan terkubur bersama rumahmu yang tercerabut karena RSBI.
(engkau hanyalah rumah singgah kita dan menjadi bisu saat engkau tak lagi mau menoleh apa yang ADA atau yang TIADA, sejuta haru biru sudah kita rajut, awal dan akhir milik kita bersama. Tawa dan canda milik masa lalu kita, dan kemarahan menjadi kenangan yang pahit, kardiman statusku yang tak bisa berubah, dan kitapun pernah menangis bersama antara bahagia dan kepedihan)

Kates yang pernah kau miliki
Mahluk sembilan angkatan yang tak mungkin kulupa
Ada ketua yang mahal dengan senyum dan anker bagaikan satpol PP
Ada mahluk yang tak pernah lepas dari warna kuning
Ada juga mahluk yang tak menentu identitasnya dan cerewetnya mengalahkan nenek lampir
Ada yang leter sampai ramuan sifirili engkau minum hingga toet-toetmu besar sebelah
Ada trio bebek yang kesana kemari menyusun jadwal rujak bersama
Ada tiga mothak yang melanglang hutan belantara hingga mothak yang vokalnya paling rame sudah menjadi ibu yang baik 4 sehat 5 sempurna
Ada yang bocor kepalanya untuk merayakan hari kelahirannya sehingga semua karya menjadi berantakan.
Dan ada banyak catatan-catatan yang lain dengan ciri karakter yang unik dan menarik
Dan sekarang akupun sudah enggan lagi melangsingkan tubuhku karena teaterku sudah menjadi satu dengan nama anakku : teateristico augusta.

Dan Addoelku ..
Semoga engkau makin dewasa
Dan kelak..
Aku mampu tuk melepaskanmu....

(agus suharjoko)

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

 

TANAH KAPOR | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates