Jumat, 12 Juni 2009

ROKAT

(catatan atas film “Selamatan Ke-5”)

Sebuah tradisi pernah menjadi momen yang sangat bermakna di jamannya. Sebuah kebiasaan dan sepertinya telah menjadi kewajiban untuk dilaksnakan dalam kehidupan masyarakatnya. Inilah salah satu kekayaan budaya bangsa ini, karena di setiap daerah memiliki ragam tradisi yang berbeda. Aneka ritus dan upacara akan senantiasa mengikuti siklus kehidupan manusia. Ritus pada siklus pra kelahiran – pasca kelahiran – pernikahan – dan kematian. Ritus pasca kelahiran sangat banyakl ragamnya karena setiap kelahiran jumlah dan jenis kelamin anak memiliki pemahaman dna pemaknaan yang berbeda. Kono, jika ritus itu tidak dilaksanakan akan menimbulkan bala atau gangguan yang menghambat kehidupan keluarga atau pun yang bersangkutan.

Rokat atau selamatan amat banyak ragamnya di daerah ini mulai dari rokat bumi, rokat tase’, rokat pandhaba, yang kesemuanya bermuara untuk mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan. Tradisi lokal “Rokat Pandhaba” itu yang digarap oleh teman-teman dari komunitas MAN Sumenep.

Layar diawali dengan sebuah gubuk di tengah ladang terbuat dari deaduan dan jalan setapak dilalui petani yang sedang memikul beban dalam keranjang, dan bangunan .langghar Potongan yang menguatkan kesan rural (pedesaan) untuk menunjukkan mula trdaisi muncul dan kini masih ada yang meneruskan. Gambar kemudian berpindah ke sbuah rumah berasitektur tradisional dengan ukiran kayu di sepanjang dinding serambi yang terbuka, dengan pilar-pilar batu terkesan klasik dan eksotik.
Di serambi depan sepasan keluarga tengah dirudung gelisah kaerna salah satu anak perempuannya menderita sakit yang tak kunjung sembuh, bahkan sesekali anak perempuan yang bernama siti mengalami halusinasi atau kesurupan, hilang kesadaran. Konon Siti sakit menurut sang ayah karena belum melaksnakan selamatan (Rokat). Semnatara anaknya yang lain, Sari tidak mau disuruh bapaknya untuk mengundang tukang tembang (Mamaca). Menurut Sari sduah bukannya lagi di ajman sekarang percaya pada takhyul Kalau ingin mengundang pendoa yang benar adalah Kyai. Kalau piningn dibacakan bacaan yang mulia, ya baca Al-Qur’an.

Saat Siti mengalami kejangdan trance, semua bingung dan ekmudian dengan terpaksa Sari mengundang tukang tembang yang disarankan ayahnya. Hari tiu dilakukanlah selamtan dengan segenap sesaji di hadapan pembaca tembang (tokan mamaca / tokang maos). Siti dimandikan kembang dan tembang dibacakan yang menegaskan disitu mengisahkan cerita Pandawa (caretana Pandhaba). Siti tersenyum dan semua senang.

Upaya yang patut dihargai untuk mendokumentasi tradisi lewat sebuah jalinan cerita untuk memberikan informasi bagi kaum muda. Bahwa kita memiliki ragam tradisi yang sudah seharusnya di pelihara – saya lebih setuju istilah dipelihara daripada diolestarikan. Sebab dilestarikan cenderung bermakna mempertahankan sebagaimana aslinya. Sementara budaya masyarakat berkembang secara dinamis, seirama perkembangan sains dan teknologi. Bahkan sejarah peradaban negeri ini mencatat bahwa tradisi lokal menjadi cara akulturasi budaya islam di tanah air, sebagaimana dilakukan para Wali dalam mengembangkan agama islam.

Ada beberapa hal yag mengganggu kenyaman tayangan film ini; pertama peran ayah terkesan menggurui sehingga terkesan bukan bermain film tetapi bermain teater. Kedua, dialog diantara istri dan kedua anaknya yang mengesankan kesembuhan penyakit Siti karena dilakukan Rokat Pandhaba. Sehingga ia meninggi suaranya saat Sari menyebut nama Tuhan. Penjelasan mengenai para Wali yang mempergunakan seni tradisi sebagai media dakwah, untuk menganjurkan ajaran islam. Barangkali yang perlu mendapatkan tekanan adalah seni bukan menjadi tujuan tetapi alat untuk menjadi dan meningkatkan keimanan kepada Allah. Jika pola perjuangan semacam itu yang diinginkan maka dialog Ayah dengan Sari terasa sangat mengganggu. Ketiga, di antara film yang masuk panitia “Selamatan ke -5” merupakan salah satu yang berbeda dari lainnya. Verry happy!!!!

Hidayat Raharja, Guru, Esais, Pengolola Blog SAVANT; Anak-anak yang tak bi(A)sa menulis, tapi berani menulis.

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

 

TANAH KAPOR | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates