(catatan atas film “SEPEDA CIHUUUYYY”)
Waktu tidak akan pernah bisa kembali. Namun kejadian atau peristiwa yang pernah berlalu tetap akan selalu hidup dalam kenangan. Sesuatu yang lama, tua, kadang menimbulkan romantisme baru di antara kekinian. Bahkan bisa jadi barang yang telah tua menjadi sangat berarti karena nilai kenangan yang terkandung di dalamnya. Bisa juga berharga karena eksotisme dari masa lalu itu sendiri.
Masa lalu tidak selalu berarti buruk, usang dan harus ditinggal. Masa lalu adalah yang mendorong hadirnya masa kini dan masa kini akan menjadi pemicu dan pandasan masa depan yang akan datang. Betapa berartyinya masa lalu bagi kita yang ada saat ini.
Dengan sepeda onthel jaman silam yang saat ini sudah menjadi kendaraan unik anak-anak dari SC ART kelas X-1 mencoba mengangkat sepeda onthel sebagai kendaraan untuk menjalani kekinian dan menggali nilai masa silam. Mereka menjadikan sepeda onthel sebagai simbolisasi atas masa lalu yang memberikan kenyamanan dan landasan untuk membangun masa depan. Anak-anak muda yang menggali masa lalu untuk membangun masa depan dalam sebuah kerja keras, belajar , saling bekerjasama dan mencoba memaknai masa lalu. Semua coba dirangkum dalam film “ Sepeda Cihuyyy” yang berdurasi sekitar 11 menit.
Masa lalu dibuka dengan dialog antara sepasang suami istri tengah mencari kutu di depan teras rumah. Mengajak kita untuk mencari-cari sesuatu dari masa lalu. Dengan dialog mempergunakan bahasa Madura. Semakin menguatkan penanda akan upaya untuk menelusuri masa lalu. Dari dialog ini gambar terus bergerak pada bagian samping rumah dan sang ayah menunjukkan sepeda tua yang ditutup rapi selama ini. Sepeda ini, kemudian digunakan sang anak untuk alat transportasi ke sekolah mau pun saat melakukan jjs bersama kawan-kawannya. Sepeda tua ini kemudian bersama-sama dengan sejenisnya (sama sepeda tua) menyusuri relung-relung kota (kehidupan), menemaninya belajar kelompok untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang berjibun.
Sebuah perjalanan yang bergulir menggulingkan waktu. Rombongan sepeda onthel dikendarai anak-anak muda dengan kostum kaos merah-putih, menhyusuri jalan raya, sisa-sisa keanggunan kota di masa silam ; keraton (pendapa), labang mesem, dan tamansare. Mereka mencoba memaknai masa lalu dalam kekinian mereka. Mereka yang lahir dalam rentang waktu yang berjarak, namun mencoba memaknainya dengan penuh kesungguhan menjadikan film ini amat menarik. Sudut pengambilan gambar yang terasa ekspresif meningatkan akan romantisme masa lalu yang berapi-api. Sebuah pemaknaan yang pantas untuk diapresiasi, karena sudah banyak anak muda yang meninggalkan masa lalunya. Anak-anak yang terlkepas dari mata rantai sejarah masa silam, sehingga kemudian kehilangan akar budaya yang menguatkan kediriannya.
Penguatan akan jati diri ini semakin kentara dengan kostum yang seragam di antara pengendara sepeda, mengisyaratkan perjalanan turistik yang kini banyak melanda kaum perkotaan yang tengah rindu biru akan masa silam. Jadilah perjalanan mereka menyusuri waktu lalu dalam kekinian. Memaknai sejarah, budaya dan keayaannya. Titik klimaks kesadaran yang dipertegas ilustrasi lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan bendera merah putih digenggaman. Titik kulminasi kesadaran kebangsaan di antara komponen-komponen etnisitas yang dileburkannya. Mereka memakai kaos dan ikat kepala (odheng) yang bercirikan etnik namun dengan celana yang mengaksentuasi kekinian tanpa rasa canggung, mengisyaratkan akan kwterbukaan untuk meniscayakan terjadi hibridisasi budaya baik antar etnik mapun atar bangsa dalam jagad global. Gambar-gambar bergerak yang menggemaskan, mengasyikkan. Meski di sisi tertentu ada adegan-adegan yang menempel dan kurang terkesan natural. Okey, Good Luck For You – SC _ART! Ciihuuuuuyyyyyyy!!!!!!!!!!!!!!!!
(Hidayat Raharja, Guru, Esais, dan Pengelola Blog SAVANT; Anak – Anak yang Tak Bi(A)sa Menulis Tapi Berani menulis)
Jumat, 12 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar