Rabu, 10 Juni 2009

ANAK BERJIWA TEGAR DAN BERHATI MULIA

(CATATAN ATAS FILM “IBUKU NAFASKU”)

Betapa berartinya seorang ibu. Dengan perantaraan ibu maka, setiap anak manusia bisa turun ke bumi, keluar dari gelap rahim ke gemerlap dunia. Proses kelahiran yang mempertaruhkan nyawa. Dengan kasih sayangnya maka janin itu tumbuh menjadi anak manusia. Dengan ketulusan seorang ibu, seorang anak yang baru dilahirkan mengenal lingkungannya. Saking besarnya pengorbanan seorang ibu, maka kalau dihitung sleuruh bakti yang dilakukan seorang anak terhadap ibunya takkan mampu mengimbangi kasih sayang ibu yang sepanjang waktu. Sementara kasih anak hanya sepenggalah. Di bawah telapak kaki ibu disitu surga terlabuh. Dan ibuku sayang, masih terus berjalan meski tapak kaki penuh darah penuh nanah, kata iwan fals. Kalau kasih ibu diibaratkan samudera lebih luas dari lautan teduh. Bila ditanyakan tentang pahlawan, ibulah yang pertama kali disebutkan Zawawi. Betapa berarti kehadiran seorang ibu dalam kehidupan ini.

Tidak berlebihan jika seorang anak dituntut untuk berbakti kepada ibu. Karena ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya. Permasalahan bakti anak kepada ibu yang diangkat oleh oleh kelas X7 dengan judul “Ibuku Nafasku”. Persoalan berangkat dari sepasang keluarga yang bertengkar dan si suami meninggalkan rumah, meinggalkan istri dan anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar - Ryan. Kabol yang memerankan Ryan di saat kecil sangat penghayatannya, dengan pembawaan yang ceria sebagaiman keceriaan seorang yang merindu bapak yang meninggalkannya. Beranjak besar ryan mulai merasakan beban yang ditanggung ibunya, sehingga ia berusaha untuk meringankan beban ibu. Beban yangberat bagi Ryan karena selain bersekolah, ia harus bisa membantu meringankan beban biaya hidup keluarga. Maka, tidak ada pilihan lain Ryan jualan koran di terminal. Tentu pekerjaan yang berat secara mental karena diolok-olok teman-teman sekelasnya ketika mengetahui Ryan berjualan koran.

Disitulah nilai sbeuah perjuangan seorang anak, sekolah smabil bekerja. Hasilnya tidak seberapa namun sangat berarti untuk meringankan beban ibu yang ditingggalsuaminya. Sebuah tayangan audiovisual yang mengajak kita untuk bisa memahami kesulitan hidup dan mengatasinya dengan cara jujur dan mulia. Berjualan koran. Sangat mulia daripada menjadi pengemis meminta-minta sepanjangjalan. Bagaimana beratnya seorang anak yang sekolah smabil bekerja, tampak saat Ryan berada dalam kelas saat mengikuti pelajaran pikirannya pecah, melayang jauh ke ruang hampa. Kegelisahan yangmengguncang pikiran kadang tidak dipahami oleh guru ketika melihat siswanya tidak memperhatikan penjelasannya dalam kelas. Meski tak banyak, masih ada teman di sekitar kita yang lelah sampai di kelas karena sore dan malam harinya bekerja untuk bisa memenuhi kebutuhan sekolah dan meringankan beban orangtua. Namun anak-anak semacam itu tidak pernah menampakkan kesulitannya, mereka adalah anak-anak yang perkasa emnaklukkan hidup dengan kekekaran jiwa. Juag mulia karena meringankan beban ibu, sebagi bakti terhadap orang yang melahirkannya. Sayang film ini tidak ditopang yang penghayatan yang memadai sehingga terasa datar sampai dalam perasaan. Namun semua harus yakin bahwa sesuatu yang baru dimulai merupakan langkah awal untuk mencapai sukses yang lebih besar.
(Hidayat Raharja, Guru, Esais, dan Pengelola Blog SAVANT; Anak – Anak yang Tak Bi(A)sa menulis Tapi Berani menulis)

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

 

TANAH KAPOR | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates