Rabu, 27 Mei 2009

FOOTBALL STREET:Hibrida Bahasa Lokal dalam Visualisasi Ikon Global

Seorang remaja tengah berdiri di tepi jalan yang sepi, tiba-tiba dari arah samping mendekat seorang loper bersepeda membawa Koran. Salah satu korannya jatuh tanpa diketahui si loper. Anak muda itu memberitahukan bahwa korannya jatuh. Loper Koran meletakkan sepeda mengambil koran yang terjatuh. Saat itulah anak lelaki itu membawa lari sepeda, jauh memasuki liku lorong-lorong perkampungan sampai kemudian terjatuh ke selokan.

Adegan pembuka film pendek Football Street garapan kelas X-1 SMA Negeri 1 Sumenep dengan sutradara Bastomi. Selanjutnya membawa penonton pada persoalan-persoalan kekerasan, pertemanan, ngeband dan ngebola di jalanan. Garapan yang cukup menarik untuk disimak dan dinikmati. Sebuah gambaran kehidupan anak muda; kekerasan di jalanan, musik (band), dan sepakbola. Identitas kekinian di saat jalanan bukan lagi lalulintas angkutan atau kendara, namun juga lalulintas persoalan bagi kaum muda. Bagi kaum muda jalanan adakalanya merupakan ruang lain untuk melampiaskan kecemasan, mencari identitas diri dalam solidaritas gang (baca; kelompok) sekaligus menggantungkan cita-cita di antara rasa putus asa.

******

Musik menjadi bahasa ucap mereka untuk mengungkapkan kecemasan, juga cinta. Bahasa musikal, bahasa yang mampu mewakili berbagai persoalan dan perasaan. Ikon hidup kekinian, ketika musik menjadi salah satu daya tarik untuk menangguk popularitas . Bahkan musik memberikan jalan pintas untuk meraih popularitas semu dari berbagai kontes dan audisi dengan polling sms dari pemirsa. Pemanang kontes dan popularitas akal-akalan karena untuk mendapatkan sms yang banyak peserta audisi atau kontestan diperbolehkan mengirim sms untuk mendukung dirinya sendiri. Namun jalan pintas itu telah banyak menjerumuskannya dalam belitan nasib yang terpuruk.

Lain lagi dengan sepakbola. Keberuntungan para penendang bola di lapangan hijau yang sukses dan berhasil hidup dari tendangan bola ke gawang lawan. Berjuta-juta umat manusia menjadi penganut “sepakbola” sebagai “ agama baru” yang mampu melepaskan identitas kebangsaan agama, usia, dan jenis kelamin.

Dalam perkembangan teknologi informasi, sepakbola menjadi dagangan mahal yang diperebutkan antar stasiun televisi untuk mendapat hak siar. Biaya mahal, karena ingin mendapatkan banyak tayangan iklan yang berarti masuknya keuntungan yang sebesar-besarnya bagi stasiun yang menyiarkannya.

***

Hibrida; persilangan antara dua sifat berbeda sesuai dengan yang diinginkan. Persilangan antar budaya hadir secara gamblang dan terbuka di era pascamodern. Persilangan antar bahasa atau budaya lokal yang lugas dengan bahasa asing “Football Street” tanpa rasa canggung. Sebuah cermin sosial anak muda yang begitu elastis, kenyal memasuki kultur asing dan meleburnya dengan kultur lokal, merasuk ke dalam diri. Tak ada yang gagap, semua serba memungkinkan, berlangsung apa danya.

Lokalitas bahasa yang mengungkapkan persoalan kontemporer atau kekinian, ketika lokalitas itu setara dengan yang asing atau yang lainnya. Melebur dan membaur sebagai persaoalan bersama; persoalan anak-anak muda. Idiom musik sebagai ikon budaya anak muda, dan sepakbola sebagai sesuatu yang bukan lagi milik sebuah perseoranga, kelompoik atau kebangsaan, tetapi telah menjadi milik masyarakat dunia. Ikon budaya global, namun diungkap dengan bahasa lokal, sebagai identitas di tengah terdesaknya bahasa lokal (Madura) oleh gempuran dan gempitanya bahasa, budaya asing yang menginvasi lewat berbagai media. Invasi yang demikian gencar sampai memasuki ke pakaian dalam yang paling rahasia.

Suatu kreatifitas anak-anak muda, menyilangkan sesuatu yang asing dengan konten bahasa lokal, lewat idiom musik dan sepakbola, membicarakan persoalannya. Namun kelemahan film pendek garapan Bastomi ini visualisai potongan gambar belum terbangun secara utuh sehingga terasa ada bagian yang terputus, kagak nyambung. Kelemahan ini sangat kentara karena, pada ending cerita ditutup oleh teks demikian panjang untuk menjelaskan jalan cerita yang kabur. Good Luck! Sukses buat X-1. Peace......!(Hidayat Raharja)

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

 

TANAH KAPOR | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates