Rabu, 27 Mei 2009

AROKAT MEMPE : PENGGALIAN BUDAYA YANG TERHIMPIT

Betapa derasnya budaya global menghempaskan nilai-nilai tradisi yang tumbuh dan berkembang di lingkungan budaya masyarakat masa kini. Ia bagaikan virus yang menyerang bagian-bagian terpenting tubuh kebudayaan kita. Sedikit demi sedikit budaya lokal terpinggirkan hingga tidak dapat dilihat kembali saat ini. Awalnya budaya lokal tumbuh dan berkembang ditengah-tengah lingkungan masyarakat sebagai aturan, norma dan nilai yang sangat dimilikinya. Namun apa yang terjadi saat ini, kita hanya bisa mendengarkan cerita dari kakek dan nenek kita yang sudah enggan lagi bercerita kepada kita, kalau tidak kita tanya. Nilai budaya saat ini sungguh terbuaikan oleh pengaruh wacana yang ada di ruang informasi dan komunikasi tekhnologi. Mereka beragam dan kita suka-suka mau memilih arus informasi yang mana saja susuai dengan selera kita. Mampukah kita menggali kembali nilai-nilai tradisi tersebut untuk diwacanakan kembali pada era globalisasi saat ini?

Nah dari fenomena semacam ini, penulis selaku sutradara AROKAT MEMPE merasa perlu melakukan penggalian nilai-nilai tradisi sebagai kearifan lokal untuk diperkenalkan kembali kepada kaum muda khususnya pelajar di SMA Negeri 1 Sumenep dan masyarakat Madura agar mereka masih mau mengenal kembali kebudayaan kita. Memang rasanya sangat sulit sekali bagaimana mengembalikan wacana penggalian budaya lokal kepada pelajar sementara hiburan dan arus informasi menganggap yang tradisi adalah kuno dan ketinggalan jaman. Namun apakah dengan persepsi semacam ini yang diwacanakan kaum muda langsung kita tidak mau merespon budaya lokal? Nah untuk itu pada garapan karya seni pertunjukan kali ini, saya mencoba memberikan penawaran untuk dapatnya hasil penggalian budaya lokal tersebut mampu disajikan kembali dan diminati oleh kaum muda yang sudah meninggalkan budaya lokal mereka sendiri dan yang lebih akrab dengan tontonan goyang dangdut dan gosip seputar seleb. Lewat konsep seni pertunjukan dengan kemasan kekinian ternyata kita dapat memperkenalkan kembali nilai-nilai tradisi yang sudah terlupakan itu kepada wacana kekinian. Hal ini dapat dibuktikan melalui para pemain yang mulai mengakrabi kesenian tradisional sebagai ide garap seni pertunjukan AROKAT MEMPE.

Kakek dan nenek kita waktu dulu saat mereka tidur dan bermimpi yang mengganjal (mimpi buruk) maka beliau akan melakukan rokat mempe, mereka mempersiapkan jagung sangngar (sangray) dan diadakan pagelaran fragmen topeng dhalang yang membawakan cerita Batara kala dan cerita lainnya sesuai permintaan tuan rumah. Dengan membersihkan tempat di sekitar rumah yang dilakukan oleh dalang dan membersihkan jiwa yang bermimpi maka mulailah adegan Arokat Mempe. Pada kali ini sutradara mengambil ide garap kearifan lokal tersebut dan memberikan bentuk kemasan kolaborasi dengan unsur tari, teater tradisi dan modern serta media wayang kulit sebagai unsur media garapnya. Penerapan konsep pada media wayang bukan lagi bayang-bayang di siluet kain putih dengan disinari cahaya blencong (cahaya obor) namun wayang diperagakan melalui pemain dan digerakkan oleh peraga. Memasukkan unsur-unsur tarian ke dalam garapan juga disesuaikan dengan tema cerita. Namun tak lepas juga ada beberapa tokoh yang diperagakan dengan menggunakan unsur pertunjukan topeng dhalang.
Dengan memanfaatkan durasi minimal hanya sekitar 20 menit pertunjukan Arokat Mempe terasa mengena pada penonton dan pengamat seni pertunjukan saat diikut sertakan ke festival Seni Pertunjukan se Jawa Timur di Taman Krida Budaya Malang 2008. hasil kolaborasi seni tradisi dan modern oleh Lembaga Tanah Kapur dan komunitas teater SMA Negeri 1 Sumenep ini menghasilkan penghargaan dari Gubernur Jawa Timur. Mendapatkan penghargaan 5 Penyaji Terbaik non-ranking, penata artistik terpilih dan Sutrdara terbaik karya seni pertunjukan.
Tim Produksi :
Sutradara : Agus Suharjoko,S.Sn.
Penata Musik : Akhmad Draus
Penata Artistik : Syaiful Amri
Pemain : Resi Eka Yuliana, Eka Fitria Sari, Fitri Indah Kadaryanti, Ipoeng, Nanda, Nency, Shinta, Putri, Sari, Fauzan.(by. agus teater)

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

 

TANAH KAPOR | Creative Commons Attribution- Noncommercial License | Dandy Dandilion Designed by Simply Fabulous Blogger Templates